Tentang Kami

My photo
Gunungsitoli, Nias, Indonesia
Menuju masyarakat resilien: memadukan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat dengan pengurangan resiko bencana Towards resilient community: integrated community development & empowerment with disaster risk reduction

Wednesday, May 5, 2010

PELATIHAN KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI UNTUK PRB – SUKSES…



Masyarakat menjadi manajer berarti menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada masyarakat untuk menjalankan fungsi-fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan pengembangan.


14 organisasi masyarakat (OM) yakni OM “Sendroro” desa Sawo, OM “Datafao” dusun Berua 2, OM “Orahua Berua 1” dusun Berua 1, OM “Faoma Khoda” Desa Hili Uso Luaha Moi, OM “Soroi Badodo” desa Lolombli, OM “Farmasi” dari dua dusun di Desa Siefa Ewali, OM “Faohe Tanga” desa Sohoya, OM “Faomasi” desa Golambanua 1 Lahusa, OM “Ora Et Labora” Desa Golambanua 1 Lahusa, OM “Seia Sekata” dusun Aek Daka Pasir, OM “Saroha” Dusun Baringin, OM “Satahi Saholoan” Dusun Pangasean, beserta salah satu komunitas sulungnya DRR pada program pertama OM “Orudua Zato” lingkungan belakang Pasar Beringin. Dari masing-masing pengurus OM ini mengirim perwakilannya, yang akan belajar bersama tentang bagaimana menjadi seorang pemimpin yang baik di organisasi untuk masyarakat di dalam Pengurangan Resiko Bencana.

Pelatihan Kepemimpinan dan Pengembangan Organisasi untuk Pengurangan Resiko Bencana (PRB) telah terlaksana dengan sukses dari tanggal 24 - 28 Februari 2010 di gedung serba guna Laverna, Gunungsitoli. Pelatihan ini diikuti oleh 40 orang utusan pengurus Organisasi Masyarakat PRB (OMPRB) dari 14 komunitas dampingan CKS ( 6 perempuan dan 34 laki-laki) ditambah 13 orang fasilitator Paroki. 13 fasilitator CKS menjadi pelatih (trainer)/fasilitator kegiatan dimaksud. Pelatihan ini bertujuan untuk pengembangan kapasitas pengurus OMPRB dalam pengetahuan & keterampilan manajerial partisipatif untuk menjalankan OMPRB.

Materi kepemimpinan yang di sampaikan diantaranya di awali dengan;

  1. Modul 1: Pengantar training; dalam kegiatan ini peserta saling memperkenalkan diri agar komunikasi dalam pelatihan bisa berjalan dengan baik.
  2. Modul 2: Apa dan Mengapa PRBDM. Dalam modul ini, peserta di ajak untuk memahami apa yang di maksud dari Pengurangan Resiko Bencana yang di Manajemeni Masyarakat.
  3. Modul 3: Organisasi dan Kepemimpinan. Dalam modul ini mengulas tentang peran pentingnya seorang pemimpin yang baik dalam masyarakat.
  4. Modul 4: Komunikasi, Membangun Hubungan Baik, dan Motivasi Kalangan Tim Kerja dan Masyarakat. Di dalam modul ini lebih membicarakan tentang cara membagun hubungan interaksi yang baik antar pengurus dan masyarakat.
  5. Modul 5: Fungsi dan Manajemen Organisasi Masyarakat. Dalam modul ini diharapkan pentingnya seorang pengurus organisasi atau pemimpin organisasi harus dapat mengetahui tujuan dan maksud dari Manajemen.
  6. Modul 6: Penyelesaian Dan Pencegahan Konflik. Dimodul ini, peserta di ajak untuk memahami dan mengatasi konflik baik internal dan eksternal dalam oraganisasi yang di pimpin.
  7. Modul 7: Implementasi Rencana Kerja PRB dan Peran Kepemimpinan. Materi ini mengajak peserta untuk melakukan pelakasanaan rencana kerja dan peran penting pemimpin.
  8. Modul 8: Sintesis dan Evaluasi training. Dari sini peserta di ajak untuk kembali melihat hal – hal penting apa yang telah di dalami selama proses pelatihan sekaligus mengevaluasi kegiatan pelatihan.


Metode pelatihan sangat partisipatif dan animatif memberikan peluang yang lebih besar untuk menggali pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata masing-masing peserta.

Pelatihan diperkaya dengan materi tambahan tentang KETAHANAN PANGAN yang dibawakan oleh narasumber dari ketua komisi Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Keuskupan Sibolga, Pastor Mikael Sitanggang, Pr. Didalam pokok bahasan tentang materi ini, di ulas tentang pentingnya pemanfaatan sumber pangan lokal yang dapat digunakan untuk bahan pengganti makanan pokok. Seperti halnya Beras dapat di gantikan dengan Sagu, Ubi, talas dll. Tidak hanya itu seperti kebiasaan masyarakat kota pada umumnya yan lebih memilih untuk mengknsumsi sayuran luar seperti sayur koll yang harus di datangkan dari luar pulau nias. Untuk itu lebih di tekankan untuk mengkonsumsi sayur lokal seperti halnya daun singkong, kacang dan lain sebagainya.materi di atas juga di perkaya tentang bagaimana masyarakat melalui organisasi sebaiknya mempersiapkan bahan untuk lauk makanan, seperti penganjuran untuk pembudidayaan ikan lele jumbo, peternakan dan juga pemanfaatan lahan kecil untuk apotik hidup.

Selain itu, peserta juga belajar tentang kepemimpinan apresiatif untuk mengembangkan wawasan & perilaku yang bertolak dari sudut pandang positif & sedapat mungkin mengembangkan kekuatan-kekuatan positif yang dimiliki masyarakat. Selamat bekerja dan jadi pemimpin yang baik bagi masyarakat.





Tuesday, May 4, 2010

Pelatihan Kesiapan Tanggap Darurat (KTD) di Fasilitasi Oleh Tim KARINA-Jakarta


Dalam rangka pengambangan kapasitas tim PRBDM CKS untuk melakukan Kesiapan Tanggap Darurat/Emergency Response & Preparedness (KTD/ERP) diadakan pelatihan KTD/ERP yang difasilitasi oleh tim dari KARINA-KWI Jakarta 02 – 06 Maret 2010 bertempat di kantor CKS Gunungsitoli. Pelatihan dibuka secara resmi oleh Direktur Caritas Keuskupan Sibolga P. Mikael To. Pr. Tim KARINA yang datang di antaranya, Suko, Vivin dan Stela dimana 3 orang inilah yang bertindak sebagai Pelatih/Fasilitator dalam kegiatan training. Pelatihan diikuti oleh 14 orang Fasilitator Paroki CKS, 13 orang staff CKS, 2 orang dari Tim Cordia Medan (Caritas Medan).

Tujuan pelaksanaan pelatihan adalah untuk memperdalam pemahaman seluruh tim PRBDM CKS baik staf CKS sendiri dan para fasilitator Paroki mengenai sistem peringatan dini dan pengelolaan operasi tanggap darurat, melatih keterampilan partisipan dalam melakukan beberapa fungsi dalam operasi tanggap darurat, dan mengajak partisipan merancang sistem peringatan dini dan rencana operasi tanggap darurat.
pelatihan yang diawali dengan hubungan kegiatan Pengurangan Resiko Bencana (PRB) dengan kegiatan Tanggap Darurat. Peserta diingatkan mengenai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan PRB seperti Mitigasi, Pencegahan, Tanggap Darurat, Peringatan Dini dan sebagainya.

Beberapa metode digunakan, contohnya melalui permainan membangun bangunan. fasilitator bermain peran sebagai ‘bencana’ yang akan mencoba mengganggu bangunan yang sudah di bangun oleh peserta. Peserta di ajak untuk memiliki Pola pikir yang mengarusutamakan PRB dengan membagun (masyarakat) yang kokoh dan tahan bencana dengan adanya jalur evakuasi, lokasi pemukiman yang aman, sistem peringatan dini terhadap ancaman yang datang. Peserta juga dilatih untuk dapat menggunakan sumber daya yang ada di lingkungan masyarkat itu sendiri.

Selain itu metode lain yang digunakan fasilitator adalah dengan menggali pengalaman yang sudah dilakukan oleh peserta di komunitasnya. Pengalaman yang digali bisa berupa informasi ataupun data yang dimiliki, kondisi alam yang ada, kapasitas yang ada. Diskusi meliputi materi tentang Tempat Aman, Sistem Peringatan Dini, Standar Minimum : Pangan, Non Pangan & Hunian, Air Bersih & Sanitasi, Kesehatan. Diskusi dibagi dalam kelompok sesuai dengan ancaman yang mereka pernah hadapi dalam komunitas mereka. Ada enam ancaman yang dihadapi seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, kekeringan, tsunami, dan abrasi.
Untuk memperkaya materi, Peserta juga di kenalkan dengan berkas-berkas umum untuk mengetahui kondisi, kapasitas, kebutuhan dari komunitas dan lokasi pasca bencana, ini dikalukan dengan mengisi dan mendiskusikan beberapa format data kebutuhan setelah terjadinya bencana.

Kegiatan lain juga yang menjadi salah satu materi yang menarik perhatian peserta yakni, kegiatan dengan sesi Pertolongan Pertama Gawat Darurat (PPGD). Dalam materi ini di perkenalkan tentang P3K, Penanganan luka Ringan, Penanganan fraktur dan Dislokasi. Di sesi ini peserta mendapatkan materi secara teori dan peserta juga di ajarkan langsung tentang teknik pembalutan luka ringan, teknik pembalutan dan pembidaian (untuk bagian fraktur dan dislokasi). Sementara yang menjadi bagian menarik lainnya adalah disaat peserta di ajarkan teknik mengevakuasi korban (Pemindahan korban) dan mengangkat korban dengan menggunakan tandu.

Dihari terakhir pelatihan ini di gelar kegiatan Simulasi Rencana Cadangan Kantor CKS disaat ancaman terjadi. Peserta memepersiapkan tim kerja dengan tugas di masing-masing tim. Tim kerja juga mempersiapkan alat kerja yang di butuhkan, peta lokasi kantor, peta evakuasi dan daerah aman. Tim juga bertugas memepersiapkan Sistim Peringatan Dini yang siap untuk digunakan sewaktu terjadi ancaman. Tak terasa kegiatan pun selesai dan berjalan dengan baik. Peserta berharap pelatihan ini ada folow up selanjutnya, dan pelatihan pun di tutup secara resmi oleh Program Manager (Deputy Director) CKS bapak Frans Esensiator. Sampai jumpa “Mari Kita Siapkan Kepulauan Nias yang Siaga”.